ALAT KELAMIN
BETINA
OLEH:
KELOMPOK I
DESRIWAN
ANGGA PUTRA (1202101010001)
FAUZIAH
(1202101010003)
WAHDINI
RIZKY (1202101010004)
MUHAMMAD
AMIN (1202101010005)
RAUDHATUL
JANNAH (1202101010007)
MAHMUDI
(1202101010009)
AUDI
MALDINI (1202101010143)
MELLA
RISKY PRIMA (1202101010119 )
FAKULTAS
KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS
SYIAH KUALA
DARUSSALAM-BANDA
ACEH
2013
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Reproduksi
adalah naluri setiap organisme untuk beranak-pinak. Ciri etik individu makhluk
hidup ialah bahwa umurnya terbatas, dan pada suatu ketika akan menjadi
tua kemudian mati karena suatu faktor, baik itu parasit, pemangsa atau
sebagainya. Karena itu perlu suatu perkembangan baru untuk mengganti reputasi
yang telah tiada. Jadi kelangsungan hidup individu sebagian ditunjukkan untuk
memenuhi kemampuan reproduksi yang mutlak bagi kelstarian spesies
Sapi betina tidak hanya memproduksi
sel kelamin yang sangat penting untuk mengawali kehidupan turunannya yang baru,
tetapi ia menyediakan pula tempat beserta lingkungan untuk perkembangan
individu baru itu, dimulai dari waktu pembuahan ovum dan memeliharanya selama
awal kehidupanya. Tugas ini dilaksanakan oleh alat reproduksi primer dan
sekunder. Alat reproduksi primer, yaitu ovaria memproduksi ovum dan hormon betina.
Organ reproduksi sekunder terdiri dari tuba fallopi, uterus, cerviks, vagina
dan vulva. Fungsi alat-alat ini adalah menerima dan mempersatukan sel kelamin
jantan dan betina, memelihara dan melahirkan individu baru.
Hal inilah yang melatarbelakangi pelaksanaan
praktikum Dasar Reproduksi Ternak, mengenai Pengenalan Organ Kelamin Betina.
B.
Tinjauan Pustaka
a.
Organ kelamin primer
Ovarium
Ovarium merupakan bagian alat
kelamin yang utama, ovarium menghasilkan telur, oleh karena itu dalam bahasa
Indonesia seringkali disebut induk telur, indung telur atau ada pula yang
menyebutnya pengarang telur. Perkembangan ovarium pada masa reproduksi diatur
oleh hormon-hormon yang berasal dari kelenjar hifofisa yang terdapat di dasar
otak dalam kepala. Bentuk ovarium berbeda menurut spesiaes hewan (Frandson,
1986).
Cavum abdomalis memiliki dwifungsi,
sebagi organ eksokrin yang menghasilkan sel telur atau ovum dan sebagai organ
endokrin yang mengekresikan hormone kelamin betina, estrogen dan progesteron.
Dimana hormon ini berperan penting dalam menyiapkan alat-alat reproduksi
untuk kebuntingan dan memelihara kandungannya sampai melahirkan (Salisbury,
1985).
Pasangan ovarium normal, pada sapi
yang tidak bunting terletak di sebelah atas rongga perut, 30-45 cm di sebelah
dalam dari lubang vulva : (a) ovaria biasanya terletak dekat dengan cornua
uteri, yaitu tempat dimana dipertautkan dengan ligament ovaria ; (b) ligament
ini merupakan bagian dari alat penggantung lebar yang menggantungkan
saluran-saluran reproduksi pada dinding perut bagian atas (Salisbury, 1985).
Ovarium bentuknya biasanya bulat
telur atau bulat tetapi kadang-kadang pipih berhubung dengan pembentukan
folikel dan corpoa lutea. Ukuran normal ovari sangat bervariasi dari satu
spesies ke spesies lain bahkan antara spesies juga terdapat varisasi. Besar dan
bentuk ovaria sering berubah. Ovarium umumnya berukuran panjang 32-42 mm,
tinggi 19-32 mm dan lebar 13-19 mm dengan berat 10-19 gr. Pada anak sapi
ovarium kiri lebih besar dibanding dengan ovarium kanan, sedangkan pada sapi
dewasa ovarium kanan lebih besar. Sebagian besar dari permukaan ovarium
diliputi oleh lapisan epitel lembaga, ova dapat dilepaskan dari setiap tempat
pada permukaan ovarium. Medulla ovarium mengandung pembuluh darah , syaraf dan
tenunan pengikat (Salisbury, 1985).
Ovarium sapi lebih kecil daripada
kuda. Dan ovarium kanan biasanya lebih besar daripada yang kiri. Berbentuk
oval, tidak mempunyai fossa ovarii. Terletak 40-45 cm dari pintu vulva sebelah
luar. Apabila ada corpus luteum, maka lataknya superfisial, sehingga menonjol
dan dapat dilihat dari permukaan luar. Corpus luteum berwarana kuning coklat
(Aswin, 2009).
Folikel pada ovarium bergaris tengah
12 mm pernah ditemukan pada anak sapi berumur 4-5 bulan jauh sebelum pedet.
Folikel yang masak bergaris tengah 8-19 mm. Sedangkan corpus luteum yang telah
matang bergaris tengah 25-32 mm. Pada sapi yang tidak bunting dan normal,
corpus luteum hanya aktif untuk beberapa hari, lalu mengecil. Corpus luteum
pada sapi yang sedang bunting tetap tinggal dan aktif di dalam ovarium selama
kebuntingan (Salisbury, 1985).
b.
Organ kelamin sekunder
Oviduct
(Tuba Fallopi)
Oviduct atau tuba fallopi yang juga
disebut tuba uterine adalah saluran yang berpasangan dan berkonvolusi
yang menghantarkan ova dari ovarium menuju tanduk uterus, dan juga merupakan
tempat terjadinya fertilisasi oleh spermatozoa (Frandson, 1986).
Tuba uterina bersifat bilateral,
strukturnya berliku-liku yang menjulur dari daerah ovarium ke kornua uterina
dan menyalurkan ovum, spermatozoa, dan zigot. Tiga segmen oviduk dapat
dibedakan menjadi infundibulum, ampula, isthmus.
Epitel tuba uterina berbentuk
silinder sebaris atau silinder banyak lapis dengan silia aktif. Baik sel tipe
bersilia maupun tidak bersilia dilengkapi dengan mikrovili.
Mukosa langsung berhubungan dengan
submukosa karena lamina muskularis mukosa tidak ada. Pada tuba uterina, propia
submukosa terdiri dari jaringan ikat longgar dengan banyak sel plasma, sel mast
dan leukosit eosinofil. Tunika mukosa submukosa pada ampula membuat lipatan
tinggi terutama pada babi dan kuda betina.
Tunika muskularis terutama terdiri
dari berkas otot polos melingkar, memanjang dan miring. Lapis otot tersebut
memberikan jalur radial memasuki mukosa. Pada infundubulum dan ampula, tunika
muskularis yang tipis dan tersusun oleh lapis dalam melingkar. Tunika serosa
ada dan terdiri dari jaringan mengandung pembuluh darah dan saraf. (Brown, 1992
)
Tuba fallopi sapi betina
merupakan satu pasang saluran yang berkelok-kelok dan berjalan dari ovarium ke
bagian sempit cornua uteri. Panjangnya rata-rata 12,4 cm pada anak sapi, 20,4
pada sapi dara, 24,5 pada sapi tua. Kisaran panjang dari tuba fallopi yaitu
20-35 cm. Tuba fallopi memiliki garis tengah terkecil kira-kira mulai dari
bagian pertengahan pembuluh sampai titik terdekat persambungan dengan cornua
uteri (Nuryadi, 2010).
Uterus
Uterus memiliki kesamaan antara beberapa ternak lainnya,
yaitu berbetuk bicornua (dua tanduk). Pada hewan yang tak bunting uterus berada
25-40 cm ke deapan dari lubang vulva, tepat di depan cervix. Corpus Uteri
bergaris tengah transversal 9-12 cm berukuran panjang 2-5 cm dan bagian depan
terbagi atas 2 tanduk. Karena tanduk uterus terletak sangat berdekatan
sepanjang 10-15 cm dan tumbuh bersama, maka seakan-akan corpus uteri tampak
lebih panjang dari pada kenyataannya. Kadang-kadang tanduk uterus memanjang
masuk ke dalam cerviks, sehingga tidak terdapat corpus uteri. Pada tempat
dimana kedua tanduk memisahkan diri garis tengahnya 3-4 cm, Dari tempat
pemisahan panjang tanduk uterus biasanya 20-35 cm, membuat panjang seluruh
uterus menjadi 30-55 cm. Panjang uterus beragam sesuai dengan umur hewan dan
faktor lain (Nuryadi, 2010).
Uterus sapi terdapat sebagian besar di ruang abdomen. Corpus
uterinya sangat pendek (3-4 cm), tetapi mempunyai cornua uteri yang panjang
(30-40 cm). Tidak seperti pada kuda extremitas abdominalis dari cornua uteri
sapi berbentuk corong dan berhubungan dengan tuba uterine (Aswin, 2009).
Uterus merupakan tempat implantasi zigot yang telah
berkembang menjadi embrio. Dinding uterus terdiri dari (Brown, 1992) :
-
mukosa-submukosa atau endometrium, terdiri dari dua daerah
yang berbeda dalam bangun dan fungsinya. Lapis superfisial disebut zona
fungsional, dapat mengalami degenerasi sebagian atau seluruhnya selama masa
reproduksi, estrus. Suatu lapis tipis, zona basalis tetap bertahan sepanjang
daur. Zona fungsionalis. Epitel permukaannya berbentuk silinder sebaris pada
kuda, anjing. Bagian superfisial terdiri dari jaringan ikat longgar yang
mengandung banyak pembuluh darah dan sel-sel jaringan ikat seperti fibroblas,
makrofag dan sel mast.
-
tunika muskularis atau miometrium, terdiri dari lapis otot
dalam tebal yang umumnya tersusun melingkar, dan lapis luar memanjang terdiri
dari sel-sel otot polos yang dapat meningkatkan jumlah serta ukuran selama
kebuntingan. Diantara kedua lapis tersebut terdapat lapis vaskular yang
mengandung arteria besar, vena serta pembuluh limfe. Pembuluh tersebut dapat
memberikan darah pada endometrium.
-
tunika serosa atau perimetrium, , terdiri dari jaringan ikat
longgar yang dibalut oleh mesotel atau peritoneum. Sel-sel otot polos terdapat
dalam perimetrium. Banyak pembuluh darah, pembuluh limfe dan saraf pada lapisan.
Ada 4 macam tipe uterus, yaitu:
-
Dupleks, uterus kanan dan kiri terpisan dan bermuara secara
terpisah ke vagina.
-
Bipartil, uterus kanan dan kiri bersatu yang bermuara ke
vagina dengan satu lubang.
-
Bikornua, bagian uterus kana dan kiri labih banyak yang
bersatu bermuara ke vagina dengan satu lubang; d) Simpleks; semua uterus
bersatu sehingga hanya memiliki badan uterus (Iqbal, 2007).
Serviks
Serviks merupakan bagian dari alat reproduksi yang
berdinding tebal dengan panjang 5-10 cm dari tempat sambungan dengan uterus ke
arah belakang yang berkesinambungan dengan vagina yang berdinding tipis. Fungsi
utama menutup lumen uterus sehingga tidak memberi kemunghkinan untuk masuknya
jazad mikroskopik maupun makroskopik ke dalam uterus dalam proses birahi, dengan
mengsekresikan mukosa yang melewati vulva, membantu saat proses kebuntingan
dengan mampu menutup dengan ketat dengan satu sumbat dari lender. Pada waktu
melahirkan, Serviks akan berfungsi melebar yang memungkinkan fetus beserta
selaputnya mudah melewatinya (Salisbury, 1985).
Serviks atau leher uterus mengarah ke kaudal menuju ke
vagina. Serviks merupakan sphincer otot polos yang kuat, dan tertutup rapat,
kecuali pada saat terjadi birahi atau pada saat kelahiran. Pada saat birahi
Serviks agak relaks sehinggga memungkinkan spermatozoa untuk memasuki uterus.
Pada saat tersebut bukan tidak mungkin Serviks akan mengeluarkan mukus yang
kemudian mengalir ke vulva. Peningkatan jumlah mucus juga diproduksi oleh
sel-sel goblet pada serviks selama kebuntingan, guna mencegah masuknya zat-zat
yang membawa infeksi dari vagina ke dalam uterus (Frandson, 1986).
Epitel Serviks adalah silinder sebaris dengan banyak sel
musigen. Sel mangkok ada. Sekresi lendir yang meningkat terjadi selama berahi
dan bunting, dan banyak lendir keluar melalui vagina. Lamina propria terdiri
dari jaringan ikat pekat tidak teratur yang bersifat edematous, sehingga tampak
sebagai jaringan ikat longgar selama birahi. Tunika muskularis terdiri dari
lapis dalam melingkar dan lapis luar yang memanjang. Serabut elastik terdapat
pada jaringan ikat pada lapis otot polos yang melingkar. Lamina serosa serviks
terdiri dari jaringan ikat longgar. Saluran memanjang dari epooforon sering
tampak pada lapis ini (Partohardjo, 1980).
Vagina
Vagina merupakan perpanjangan dari cervix sampai ketempat
sambungan uretra dengan saluran alat kelamin adalah bagian yang berdinding
tipis. Vagina merupakan bagian dari organ repoduksi merupakan organ kopulasi
pertemuan antara organ reproduksi jantan dan betina. Sel epitel berada dinding
vagina yang berada dekat Serviks terdiri dari lapisan jajaran sel sel
penghasil lendir dan sel epitel tipis (Partohardjo, 1980).
Vagina adalah bagian saluran peranakan yang terletak di
dalam pelvis di antara uterus (arah kranial) dan vulva (kaudal). Vagina juga
berperan sebagai selaput yang menerima penis hewan jantan pada saat
kopulasi. Membran mukosa dari vagina adalah epitel squamosa berstrata yang tak
berkelenjar. Pada bagian vagina sapi tersebut permukaannya tidak mengalami
kornifikasi, kemungkinan karena rendahnya tingkat sirkulasi estrogen (Frandson,
1986).
Vagina terletak horisontal di ruang pelvis, dimulai dari
cervix uteri sampai vulva. Berbentuk tubulus sepanjang 15-20cm, dengan diameter
10-12 cm apabila diregang. Di bagian cranial dari vagina terdapat fornix
vaginae yang merupakan kantong yang dibentuk oleh portio vaginalis uteri. Di
bagian caudal vagina berhubungan dengan vulva. Vagina sapi lebih panjang
daripada kuda, juga dindingnya lebih tebal. Panjangnya 20-35 cm. Di dinding ventral,
diantara tunika muscularis dan selaput lendir terdapat 2 buah saluran Gartner
yang bermuara di posterior orificium urethrae externum. Saluran Gartner adalah
sisa embrional dari duktus Wolfii (Aswin, 2009).
Dinding vagina memiliki tiga lapis : tunika mukosa-submukosa,
tunika muskularis dan tunika adventisia atau serosa. Mukosa vagina memiliki
epitel pipih banyak lapis yang meningkat tebalnya selama praestrus dan estrus.
Pada daerah kranial vagina sapi betina, lapis permukaan dengan sel-sel silinder
dan sel mangkok terdapat pada epitel pipih banyak lapis. Kelenjar intraepitel
terdapat pada anjing betina selama birahi. Pada kuda betina , sel epitel
berbentuk polihedral dengan sedikit lapis sel pipih pada permukaan. Lapis
propria submukosa terdiri dari jaringan ikat longgar. Tunika muskularis terdiri
dari dua atau tiga lapis. Lapis dalam melingkar tebal terdiri dari otot polos
dan dipisah menjadi dua berkas oleh jaringan ikat. Lapis luar tersusun
memanjnag terdiri dari otot polos. Tunika adventisia terdiri dari jaringna ikat
longgar dan mengandung pembuluh darah, saraf dan ganglia. Hanya bagian kranial
vagina yang masih dibalut oleh serosa. Sebagian sel-sel otot polos dari lapis
luar vagina menyusup ke daerah subserosa sehingga disebut muskularis serosa
(Brown, 1992 ).
C.
Organ Kelamin Luar
Vulva
Vulva merupakan alat kelamin betina bagian luar termasuk
clitoris dan vestibulum. Bagian ini memiliki syaraf perasa, yang memegang
peranan penting pada waktu kopulasi. Kira-kira 7-10 cm masuk ke dalam dari
lubang luar dan pada lantai dinding ventral vestibulum terdapat celah sepanjang
2 cm. Celah ini merupakan pintu masuk kedalam kantung buntu seburetrha
(devertikulum suburethralis) dan juga merupakan sebagai orificium urethralis.
Saluran urethra masuk ke dalam vestibulum sedikit di depan saluran buntu
suburethra tadai pada dinding depan dan dapat merupakan sebagian dari saluran
buntu tadi. Saluran buntu sendiri panjangnya 3 – 4 cm. saluran urethra berjalan
ke depan, tepat di bawah vagina, ke kantung air seni (Salisbury,1986).
Vulva (pupendum feminium) adalah bagian eksternal dari
genitalis betina yang terentang dari vagina sampai bagian yang paling luar.
Pertautan antara vagina dan vulva ditandai oleh orifis uretral eksternal dan
sering juga oleh suatu pematang, pada posisi cranial terhadap orifis uretral
eksternal, yaitu hymen vestigial. Seringkali hymen tersebut demikian rapat
hingga mempengaruhi kopulasi (Frandson, 1086).
Vestibula vagina adalah bagian tubular dari saluran
reproduksi antara vagina dan labia vulva. Labia atau bibir vulva adalah
sederhana saja dan tidak terdiri dari labia mayor dan minor seperti pada
manusia (Frandson, 1086).
Lubang
luar alat reproduksi sapi betina berada tepat dibawah anus. Panjang 12 cm dan
mempunyai sudut lebar berbentuk bulat disebelah dorsal dan sudut sempit di
sebelah ventral. Labia mayor yang tebal ditutup oleh rambut-rambut halus sampai
tempat sambungan dengan mucosa. Pada perkawinan secara alamiah penis masuk ke
dalam alat reproduksi betina melewati vulva, dan pada waktu melahirkan anak
sapi melewatinya (Salisbury, 1986).
Klitoris
Komisura ventral (bagian paling bawah) dari vulva terdapat
klitoris yang merupakan organ yang asal-usul embrionalnya sama dengan
penis pada hewan jantan. Klitoris terdiri atas dua krura atau akar, badan dan
kepala (glans). Klitoris terdiri dari jaringan erektil yang tertutup oleh
epitel squamosa berstrata dan dengan sempurna memperoleh inervasi dari ujung
saraf sensoris (Frandson, 1986).
Tepat disebelah dalam di tempat pertemuan bawah bibir vulva
terdapat tenunan erectile yang disebut clitoris. Hanya bagian ujung clitoris
yang tampak, tetapi kira-kira keseluruhan panjang Klitoris kira-kira 10 cm.
Klitoris mempunyai persamaan dengan penis hewan jantan. Labia minora atau bibir
vulva yang kecil mengitari Klitoris, yang homolog dengan praeputium
(Saliasbury, 1985).
D. Tujuan dan Manfaat
a.
Tujuan
Tujuan dari praktikum Reproduksi Ternak
ini mengenai Pengenalan Organ Reproduksi Betina adalah untuk mengetahui bentuk
dan ukuran dan bentuk anatomis dari bagian-bagian organ kelamin betina serta
mengetahui fungsi dari masing-masing bagian tersebut.
b.
Manfaat
Kegunaannya adalah agar dapat mengenal
dan mengetahui letak, fungsi dan bentuk dari masing-masing bagian organ kelamin
betina serta mengetahui ukuran dari masing-masing bagian.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Organ
Kelamin Primer
Berdasarkan hasil praktikum yang
telah dilaksanakan, maka dapat diketahui bahwa pada umumnya bentuk ovarium pada
hewan ruminansia, dalam hal ini sapi adalah bulat atau oval dan berwarna kuning
baik ovarium kanan. Pada ovarium kanan sapi yang tidak bunting pada Tabel 1
panjangnya 2 cm dengan diameter 3 cm. Ovarium kiri pada sapi yang tidak bunting
pada Tabel 2, panjang 2,5 cm dan diameter 4 cm ovarium kanan panjang 2,4 dan
diameter 5,8. Ukuran yang dimiliki oleh ovarium tersebut bervariasi tergantung
pada jenis ternak dan umurnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Salisbury (1985)
yang menyatakan bahwa ovarium bentuknya biasanya bulat telur atau bulat tetapi
kadang-kadang pipih berhubung dengan pembentukan folikel dan corpus lutea.
Ukuran normal ovari sangat bervariasi dari satu spesies ke spesies lain bahkan
antara spesies juga terdapat varisasi. Besar dan bentuk ovaria sering berubah.
Ovarium umumnya berukuran panjang 32-42 mm, tinggi 19-32 mm dan lebar 13-19 mm
dengan berat 10-19 gr.
Berdasarkan pada Tabel 1 dan 2 diketahui bahwa ukuran antara ovarium kanan dan kiri selalu berbeda. Dimana ovarium kanan lebih berkembang dibanding dengan ovarium kiri. Hal ini disebabkan karena ovarium kanan lebih aktif bekerja dibanding ovarium kiri terutama pada saat kebuntingandan berfungsi menghasilkan ovume. Hal ini sesuai dengan pendapat Salisbury (1985) yang menyatakan bahwa pada anak sapi ovarium kiri lebih besar dibanding dengan ovarium kanan, sedangkan pada sapi dewasa ovarium kanan lebih besar, sebab secara fisiologik ia lebih aktif.
Berdasarkan pada Tabel 1 dan 2 diketahui bahwa ukuran antara ovarium kanan dan kiri selalu berbeda. Dimana ovarium kanan lebih berkembang dibanding dengan ovarium kiri. Hal ini disebabkan karena ovarium kanan lebih aktif bekerja dibanding ovarium kiri terutama pada saat kebuntingandan berfungsi menghasilkan ovume. Hal ini sesuai dengan pendapat Salisbury (1985) yang menyatakan bahwa pada anak sapi ovarium kiri lebih besar dibanding dengan ovarium kanan, sedangkan pada sapi dewasa ovarium kanan lebih besar, sebab secara fisiologik ia lebih aktif.
B. Organ Kelamin Sekunder
a.
Oviduct
Berdasarkan
hasil yang telah diperoleh, maka dapat diketahui bahwa merupakan saluran yang
panjang dan kecil serta berkelok-kelok, yang menjadi penghubung antara ovarium
dan uterus. Oviduct merupakan tempat terjadinya fertilisasi. Hal ini sesuai
dengan Frandson (1986) yang menyatakan bahwa oviduct atau disebut tuba fallopi
yang juga disebut tuba uterine adalah saluran yang berpasangan dan
berkonvolusi yang menghantarkan ova dari tiap ovari menuju ke tanduk
uterus, dan juga merupakan tempat terjadinya fertilisasi oleh spermatozoa. Tuba
uterina bersifat bilateral, strukturnya berliku-liku yang menjulur dari daerah
ovarium ke kornua uterina dan menyalurkan ovum, spermatozoa, dan zigot.
Dari hasil pengukuran yang telah dilakukan maka dapat diketahui bahwa ukuran oviduct bervariasi, dimana oviduct kanan pada sapi betina yang tidak bunting pada Tabel 1. Panjang 20,5 cm dan diameter 1 cm. Pada sapi betina yang tidak bunting pada Tabel 2, panjang oviduct kiri 8 cm dan diameter 0,5 cm. sedangkan oviduct kanan Panjang 7,5 dan diameter 0,4 cm. Variasi tersebut tergantung pada ternaknya dan kebuntingan. Hal ini sesuai dengan pendapat Salisbury (1985), Tuba fallopi sapi betina panjangnya rata-rata 12,4 cm pada anak sapi, 20,4 pada sapi dara, 24,5 pada sapi tua. Kisaran panjang dari tuba fallopi yaitu 20-35 cm. Tuba fallopi memiliki garis tengah terkecil tergantung pada jenis ternak, pertumbuhan serta kebuntingan.
Dari hasil pengukuran yang telah dilakukan maka dapat diketahui bahwa ukuran oviduct bervariasi, dimana oviduct kanan pada sapi betina yang tidak bunting pada Tabel 1. Panjang 20,5 cm dan diameter 1 cm. Pada sapi betina yang tidak bunting pada Tabel 2, panjang oviduct kiri 8 cm dan diameter 0,5 cm. sedangkan oviduct kanan Panjang 7,5 dan diameter 0,4 cm. Variasi tersebut tergantung pada ternaknya dan kebuntingan. Hal ini sesuai dengan pendapat Salisbury (1985), Tuba fallopi sapi betina panjangnya rata-rata 12,4 cm pada anak sapi, 20,4 pada sapi dara, 24,5 pada sapi tua. Kisaran panjang dari tuba fallopi yaitu 20-35 cm. Tuba fallopi memiliki garis tengah terkecil tergantung pada jenis ternak, pertumbuhan serta kebuntingan.
b.
Uterus
Berdasarkan
hasil yang telah diperoleh maka dapat diketahui bahwa uterus terdiri dari
cornua uteri dan corpus uteri. Cornua uteri memiliki bentuk yang
menyerupai tanduk, dengan warna yang putih kekuningan atau pucat. Pada sapi
betina yang tidak bunting pada Tabel 1, panjang cornua uteri kiri 17 cm dengan
diameter 3 cm sedangkan cornua uteri kanan panjang 18 dan diameter 4 cm. Pada
sapi betina tidak bunting Pada Tabel 2 cornua uteri kiri panjangnya 14,5 cm dan
berdiameter 4. Sedangkan Cornua uteri kanan panjang 14,7 cm dan berdiameter 5.
Sedangkan corpus uteri memiliki bentuk yang lonjong dan berwarna putih
kekuningan dan coklat tua, ukurannyapun bervariasi. Hal ini sesuai dengan
pendapat Salisbury (1985), yang menyatakan bahwa Uterus memiliki kesamaan
antara beberapa ternak lainnya, yaitu berbetuk bicornua (dua tanduk). Pada
hewan yang tak bunting uterus berada 25-40 cm ke deapan dari lubang vulva,
tepat di depan cervix. Corpus Uteri bergaris tengah transversal 9-12 cm
berukuran panjang 2-5 cm dan bagian depan terbagi atas 2 tanduk. Tanduk uterus
terletak sangat berdekatan sepanjang 10-15 cm dan tumbuh bersama, maka
seakan-akan corpus uteri tampak lebih panjang dari pada kenyataannya.
Kadang-kadang tanduk uterus memanjang masuk ke dalam cerviks, sehingga tidak
terdapat corpus uteri. Pada tempat dimana kedua tanduk memisahkan diri garis
tengahnya 3-4 cm, dari tempat pemisahan panjang tanduk uterus biasanya 20-35
cm, membuat panjang seluruh uterus menjadi 30-55 cm. Panjang uterus beragam
sesuai dengan umur hewan dan faktor lain.
Uterus merupakan organ kebuntingan dan sebagai alat implantasi. Corpus uteri memiliki ukuran yang lebih pendek dibandingkan dengan cornua uteri. Hal ini sesuai dengan pendapat Salisbury (1985) yang menyatakan bahwa uterus sapi terdapat sebagian besar di ruang abdomen. Corpus uterinya sangat pendek (3-4 cm), tetapi mempunyai cornua uteri yang panjang (30-40 cm).
Uterus merupakan organ kebuntingan dan sebagai alat implantasi. Corpus uteri memiliki ukuran yang lebih pendek dibandingkan dengan cornua uteri. Hal ini sesuai dengan pendapat Salisbury (1985) yang menyatakan bahwa uterus sapi terdapat sebagian besar di ruang abdomen. Corpus uterinya sangat pendek (3-4 cm), tetapi mempunyai cornua uteri yang panjang (30-40 cm).
c.
Serviks
Dari
hasil pengamatan yang dilakukan maka dapat diketahui bahwa cerviks memiliki
bentuk yang membulat seperti cincin dan kadang pula tidak beraturan. Serviks
merupakan sambungan dari uterus yang menuju ke vagina. Serviks berfungsi
sebagai pintu yang menutup kemungkinan masuknya bakteri ke dalam uterus.
Serviks juga menghasilkan mucus atau lendir sebagai pelican. Hal ini sesuai
dengan pendapat Frandson (1986), yang menyatakan bahwa serviks atau leher
uterus mengarah ke kaudal menuju ke vagina. Serviks merupakan sphinter otot
polos yang kuat, dan tertutup rapat, kecuali pada saat terjadi birahi atau pada
saat kelahiran. Cerviks akan mengeluarkan mucus yang mengalir ke vulva.
Peningkatan jumlah mucus berguna mencegah masuknya zat-zat yang membawa infeksi
dari vagina ke dalam uterus.
Serviks pada sapi yang tidak bunting pada Tabel 1, panjangnya 5 cm, berdiameter 3 cm. Sapi yang tidak bunting pada Tabel 2, panjangnya 5 dan diameter 8 cm. Hal ini sesuai pendapat Salisbury (1985), yang menyatakan Servix merupakan bagian dari alat reproduksi yang berdinding tebal dengan panjang 5-10 cm dari tempat sambungan dengan uterus ke arah belakang yang berkesinambungan dengan vagina yang berdinding tipis.
Serviks pada sapi yang tidak bunting pada Tabel 1, panjangnya 5 cm, berdiameter 3 cm. Sapi yang tidak bunting pada Tabel 2, panjangnya 5 dan diameter 8 cm. Hal ini sesuai pendapat Salisbury (1985), yang menyatakan Servix merupakan bagian dari alat reproduksi yang berdinding tebal dengan panjang 5-10 cm dari tempat sambungan dengan uterus ke arah belakang yang berkesinambungan dengan vagina yang berdinding tipis.
d.
Vagina
Berdasarkan
hasil yang diperoleh, maka diketahui bahwa vagina memiliki bentuk seperti
tabung (pipa), yang berwarna pucat (putih kekuningan). Ukurannya bervariasi
dimana pada sapi yang tidak bunting pad tabel 1 panjangnya 11 cm, berdiameter
10 cm. Pada sapi tidak bunting pada Tabel 2, panjang 19 cm dan diameter 10 cm.
Hal ini sesuai dengan pendapat Salisbury (1985), vagina berbentuk tubulus
sepanjang 15-20cm, dengan diameter 10-12 cm apabila diregang. Vagina sapi lebih
panjang daripada kuda, juga dindingnya lebih tebal. Panjangnya 20-35 cm.
Vagina merupakan perpanjangan dari cerviks yang berdinding tipis. Vagina berfungsi sebagai organ kopulasi yang menerima penis saat terjadi kopulasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Salisbury (1985), vagina merupakan perpanjangan dari cervix sampai ketempat sambungan uretra dengan saluran alat kelamin adalah bagian yang berdinding tipis. Vagina merupakan bagian dari organ repoduksi merupakan organ kopulasi pertemuan antara organ reproduksi jantan dan betina.
Vagina merupakan perpanjangan dari cerviks yang berdinding tipis. Vagina berfungsi sebagai organ kopulasi yang menerima penis saat terjadi kopulasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Salisbury (1985), vagina merupakan perpanjangan dari cervix sampai ketempat sambungan uretra dengan saluran alat kelamin adalah bagian yang berdinding tipis. Vagina merupakan bagian dari organ repoduksi merupakan organ kopulasi pertemuan antara organ reproduksi jantan dan betina.
C. Organ Kelamin Luar
a. Vulva
Berdasarkan
praktikum yang dilaksanakan, diperoleh bahwa vulva merupakan alat kelamin
betina bagian luar yang berada tepat dibawah anus, yang berfungsi sebagai
bagian untuk mendeteksi birahi, tempat masuknya penis serta jalan
keluarnya foetus. Vulva memiliki bibir yang disebut labia mayor dan minor. Hal
ini sesuai dengan pendapat Marawali dkk. (2010), bahwa vulva merupakan
alat kelamin betina bagian luar. Lubang luar alat reproduksi sapi betina berada
tepat dibawah anus. Panjang 12 cm dan mempunyai sudut lebar berbentuk bulat
disebelah dorsal dan sudut sempit di sebelah ventral. Pada perkawinan secara
alamiah penis masuk ke dalam alat reproduksi betina melewati vulva, dan pada
waktu melahirkan anak sapi melewatinya.
b. Klitoris
Dari
praktikum yang dilakukan, maka dapat diketahui bahwa clitoris juga bagian organ
kelamin luar pada betina yang masih menjadi bagian dari vulva yang mirip dengan
penis pada jantan. Dimana letaknya tersembunyi di dalam jaringan vulva dan
arcus ischiadicum. Hal ini sesuai dengan pendapat Marawali dkk. (2010), bahwa
tepat disebelah dalam di tempat pertemuan bawah bibir vulva terdapat tenunan
erectile yang disebut klitoris. Hanya bagian ujung klitoris yang tampak, tetapi
kira-kira keseluruhan panjang clitoris kira-kira 10 cm. Klitoris mempunyai
persamaan dengan penis hewan jantan yaitu sebagai peransang.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang diperoleh, maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa :
-
Organ reproduksi pada betina terbagi atas tiga yaitu organ
kelamin primer yaitu ovarium (di dalamnya terdapat folikel dan corpus luteum),
saluran reproduksi yaitu oviduct (tuba fallopii), uterus, cervix, dan vagina,
serta organ kelamin luar yaitu vulva dan clitoris.
-
Ovarium sebagai organ reproduksi primer berfungsi
menghasilkan sel telur dan hormone kelamin betina yaitu estrogen, progesterone.
-
fungsi oviduct sebagai tempat fertilisasi, kapasitasi
sperma.
-
Uterus terdiri atas cornua uterus dan corpus uterus.
Sapi tergolong uterus bipartitus. Fungsinya sebagai tempat implantasi
embrio, transport spermatozoa, menghasilkan cairan uterus yang penting untuk
perkembangan emrio sampai lahir.
-
Serviks yang berfungsi mencegah kontaminasi mikroba ke
uterus, penyimpan semen, transport spermatozoa, dan tempat deposisi semen.
-
Vagina berfungsi sebagai tempat deposisi semen, jalur
keluarnya fetus dan plasenta pada kelahiran, dan organ kopulasi.
-
Vulva berfungsi sebagai tempat untuk mendeteksi birahi, dan
tempat keluarnya fetus.
-
Klitoris berfungsi sebagai tempat untuk merangsang ternak
betina pada saat ingin birahi.
BAB IV
LAMPIRAN
Gambar 1.uterus
sapi
DAFTAR PUSTAKA
Frandson.
1986. Anatomi dan Fisiologi Ternak.
UGM Press, Yogyakarta.
Iqbal. 2007. Sistem Reproduksi. http://iqbalali.com/biologi/sistem_reproduksi.dtml. Diakses pada tanggal 07 April 2013.
Lia. 2011. http://www.scribd.com/doc/94809007/Reproduksi-Hewan-Makalah-Kel-61.
diakses tanggal 05 April 2013.
Salisbury. 1985. Fisiologi Reproduksi dan Inseminasi Buatan.
UGM Press, Yogyakarta.
Mozez. 2006. Ilmu Kebidanan pada Ternak Sapi dan Kerbau. UI Press,
Jakarta.
Brown.
1992. Buku Teks Histology Veteriner.
UI Press, Jakarta.
Partodiharjo,S.
1980. Ilmu Reproduksi Ternak. Prduksi
Mutiara. Jakarta.
No comments:
Post a Comment