Monday, 27 May 2013

spermatozoa



SPERMATOZOA


LAPORAN PRAKTIKUM EMBRIOLOGI
1.      DESRIWAN ANGGA PUTRA           : 1202101010001
2.      MAHMUDI                                    : 1202101010009
3.      RAUDHATUL JANNAH                   : 1202101010007
4.      FAUZIAH                                        : 1202101010003
5.      WAHDINI RIZKY                             : 1202101010004
6.      AUDI MALDINI                              : 1202101010143
7.      MUHAMMAD AMIN                     : 1202101010005
8.      MELLA RISKY PRIMA                     : 1202101010119



FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM
2013




BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Spermatozoid atau sel sperma atau spermatozoa (berasal dari bahasa Yunani Kuno yang berarti benih dan makhluk hidup) adalah sel dari sistem reproduksi jantan/ sel gamet dari laki-laki. Sel ini mempunyai ukuran panjang keseluruhan 50-60 mikrometer, dimana terdiri tiga bagian yaitu bagian kepala, bagian tengah (leher) dan ekor. Dimensi kepala dengan panjang 4 - 5 mikrometer, lebar 2.5 - 3.5 mikrometer, dengan rasio antara panjang dan lebar yaitu 1.50 - 1.75.
Sel sperma akan membentuk zigot. Zigot adalah sebuah sel dengan kromosom lengkap yang akan berkembang menjadi embrio. Peran aktif spermatozoon adalah sebagai gamet jantan sehingga penting pada keberhasilan munculnya individu baru.
Spermatozoa atau sperma dihasilkan oleh testis, sedangkan cairan seminal diproduksi oleh kelenjar asessoris di sepanjang saluran reproduksi jantan, yaitu kelenjar vesikula seminalis, kelenjar prostat, dan kelenjar bulbo urethralis/ Cowper’s ( Faisal, 2012).
Kira-kira satu abat yang lalu Gregor Mandel telah merumuskan aturan-aturan untuk menerangkan pewarisan sifat-sifat biologis. Sifat-sifat organisme yang dapat diwariskan diatur oleh suatu faktor yang disebut gen, yaitu suatu partikel yang berada di suatu di dalam sel tepatnya di dalam kromosom.
Gen menjadi dasar dalam pengembangan penelitian genetika meliputi pemetaan gen, menganalisis posisi gen pada kromosom. Hasil penelitian telah berkembang baik diketahuinya DNA sebagai material genetik beserta strukturnya, kode-kode genetik serta proses transkripsi dan translasi dapat dijabarkan.
Suatu penelitian yang merupakan revolusi dalam Biologi medern adalah setelah munculnya metode teknologi DNA rekombinasi atau rekayasa genetika yang inti prosesnya adalah kloning gen yaitu suatu prosedur untuk memperoleh replika yang dapat sama dari sel atau organisme tunggal ( mizawarti, S.Si ,2003)
1.2  Tujuan
Untuk mengetahui/ mengenal bentuk spermatozoa.

BAB II
METODOLOGI PERCOBAAN
2.1 Alat dan Bahan
            2.1.1  Alat :
v  Mikroskop
v  Cawan petri
v  Objek glass
v  Alat bedah
2.1.2  Bahan :
v  Testis tikus
v  Testis sapi
2.2 Cara kerja :
            1. ambillah cairan yang mengandung spermatozoa yang berasal dari testis, epididymis atau vas deferen tikus dan sapi.
            2. jika cairan itu pekat larut kan dengan NaCl fisiologis, kemudian teteskan cairan pada objek glass yang bersih. Dengan objek glass yang lain dioleskan setipis mungkin dan fiksasi dengan melewatkannya diatas api.
            3. warnai dengan giemsa atau eosin, selama 3- 5 menit. Cuci dengan air mengalir. Selanjutnya keringkan kembali, periksalah dibawah mikroskop.

                       














BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Hasil Pengamatan 
 
spermatozoa sapi

 
spermatozoa tikus
 
3.2 Karakteristik Spermatozoa
Semen terdiri atas dua komponen, yaitu plasma semen dan spermatozoa. Plasma semen adalah cairan yang berfungsi sebagai medium bagi spermatozoa, diproduksi oleh kelenjar–kelenjar tambahan yaitu kelenjar bulbourethralis (kelenjar cowper), kelenjar prostat dan kelenjar vesikularis. Spermatozoa adalah sel kelamin (gamet) yang diproduksi di dalam testis melalui proses spermatogenesis, yang bersama–sama dengan plasma semen akan dikeluarkan melalui saluran kelamin jantan untuk membuahi sel telur.
Spermatozoa adalah sel kelamin yang memegang peranan penting dalam proses pembuahan. Cikal bakal spermatozoa sudah ada sejak embrio berupa sel–sel gonosit yang sudah aktif mengadakan pembelahan, sehingga menghasilkan spermatogonia.
 Dijelaskan lebih lanjut bahwa pada masa pubertas, spermatogonia akan berproliferasi dan berdiferensiasi menjadi Spermatosit I yang kemudian memasuki fase miosis, sehingga membentuk spermatid yang mempunyai jumlah kromosom separuh dari jumlah kromosom sel sebelum miosis (haploid).
Spermatid kemudian akan mengalami proses perubahan bentuk melalui tahap–tahap yang panjang yang disebut dengan proses spermiogenesis dan pada akhir spermiogenesis ini akan dihasilkan spermatozoa yang mempunyai struktur spesifik sesuai dengan fungsinya untuk membuahi sel telur. Spermatozoa terdiri atas bagian kepala, leher dan ekor spermatozoa.
                     

3.3 Bagian Kepala Spermatozoa
Soeharso (1985) melaporkan bahwa kepala spermatozoa berasal dari kondensasi nukleus spermatid. Kondensasi tersebut meliputi perubahan-perubahan kromatid menjadi lebih ringkas, pemantapan membran luar menjadi kuat dan pembentukan tudung depan (akrosom). Akrosom merupakan suatu kantung kecil yang mengandung enzim–enzim yang sangat penting untuk menembus dinding sel telur pada saat pembuahan. Enzim hialuronidase berfungsi membuka dinding luar telur. Bagian leher spermatozoa merupakan bagian yang menghubungkan kepala dan ekor.

3.4 Bagian Ekor Spermatozoa
Soeharso (1985) melaporkan bahwa bagian ekor spermatozoa terdiri dari dua bagian ujung (end piece). Pada bagian pangkal (middle piece) terdapat mitokondria yang telah memanjang dengan susunan teratur membentuk spiral yang berfungsi dalam kegiatan metabolisme spermatozoa dalam menghasilkan energi berupa ATP (Adenosin Tri Phosphate) melalui proses respirasi.
Gadjahnata (1989) menyatakan bahwa bagian ujung (end piece) berfungsi sebagai alat mekanik untuk pergerakan spermatozoa.
                

3.5 Penilaian Kualitas Spermatozoa
Penilaian kualitas spermatozoa meliputi konsentrasi, motilitas, viabilitas, abnormalitas dan gerakan massa spermatozoa. Menurut Toelihere (1985), penentuan kualitas pada motilitas spermatozoa dilakukan berdasarkan pemberian nilai 0-5. Nilai 0 diberikan bila spermatozoa imotil atau tidak bergerak; Nilai 1 bila gerakan berputar di tempat; Nilai 2 bila gerakan spermatozoa berayun atau melingkar (kurang dari 50% bergerak progresif dan tidak ada gelombang); Nilai 3 bila spermatozoa bergerak progresif dan menghasilkan gerakan massa (50-80%), Nilai 4 bila gerakan progresif, gesit dan segera membentuk gelombang dengan 90% sperma motil, Nilai 5 bila gerakan spermatozoa terjadi sangat progresif, gelombang sangat cepat dan spermatozoa menunjukkan 100% motil aktif. Perhitungan motilitas dapat juga dilakukan dengan menaksir spermatozoa yang bergerak progresif (maju) dari  keseluruhan lapangan pandang yaitu dengan cara mengalikan daerah taksir dengan 100%.
Perhitungan persentase daya hidup (viabilitas) dan abnormalitas spermatozoa menggunakan preparat ulas berdasarkan perbedaan afinitas zat warna antara sel-sel sperma yang mati dan hidup. Jumlah sperma yang hidup dihitung secara objektif. Abnormalitas spermatozoa meliputi kelainan pada kepala, badan dan ekor spermatozoa.
Partodiharjo (1980) menambahkan bahwa abnormalitas spermatozoa dibedakan antara bentuk abnormalitas primer dan sekunder. Bentuk abnormalitas primer berasal dari gangguan pada testis dan abnormalitas sekunder berasal dari kesalahan perlakuan setelah semen dikeluarkan
dari testis (karena goncangan yang keras, dikeringkan terlalu cepat, dipanaskan terlalu tinggi, kesalahan dalam membuat preparat ulas). Abnormalitas spermatozoa primer meliputi kepala kecil, besar, miring, bulat, kepala dua, ekor dua, akrosom salah bentuk, leher besar, sedangkan abnormalitas sekunder meliputi leher patah, leher ekor kusut, ekor patah, ekor bergulung dan kepala terpisah dari leher.

3.6 Metabolisme Spermatozoa
Dua prinsip metabolisme spermatozoa adalah glikolisis dan respirasi (Salisbury dan Van Demark, 1985). Energi untuk motilitas spermatozoa berasal dari perombakan Adenosin Tri Phosphat (ATP) di dalam selubung mitokondria melalui reaksi-reaksi pengurainya menjadi Adenosin Di Phosphat (ADP) dan Adenosin Mono Phosphat (AMP) seperti Gambar 1 yang disajikan dibawah ini.






















.

Dalam keadaan normal, energi yang dilepaskan dapat dipakai sebagai energi mekanik (pergerakan) dan energi kimiawi (biosintesis). Jika tidak dipakai maka energi tersebut dilepas sebagai panas dan apabila pemberian energi berupa senyawa fosfor dalam ATP dan ADP habis, maka kontraksi fibril-fibril spermatozoa akan terhenti dan spermatozoa tidak bergerak. Untuk melangsungkan pergerakan spermatozoa, ATP dan ADP harus dibangun kembali dan untuk membangun kembali ATP dari ADP atau ADP dari AMP dengan penambahan gugus phosphoryl diperlukan sumber energi dari luar. Dalam kebanyakan aktivitas fisiologis sumber
energi tersebut dapat dipenuhi oleh hidrat arang atau lemak.
Terdapat empat macam zat yang dapat digunakan langsung maupun tidak langsung oleh spermatozoa sebagai sumber energi. Zat-zat tersebut adalah fruktosa, sorbitol, Glicerylphosphorylcholine (GPC) dan plasmalogen.

3.7 Pewarnaan Diferensial
Hafez (1987) menyatakan bahwa perbedaan afinitas zat warna antara sel-sel sperma yang mati dan hidup digunakan untuk menghitung jumlah sperma hidup secara objektif, yang dilakukan pada saat semen segar dicampurkan dengan zat warna (larutan eosin 2%). Sel-sel sperma yang hidup tidak atau sedikit sekali menghisap warna, sedangkan sel yang mati akan mengambil warna karena permeabilitas dindingnya meningkat. Dijelaskan lebih lanjut bahwa tujuan pewarnaan diferensial adalah untuk mengetahui persentase sel-sel sperma yang mati
dan hidup.
















BAB IV
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Spermatozoa adalah sel gamet dari laki-laki. Sel ini mempunyai ukuran panjang keseluruhan 50-60 mikrometer, dimana terdiri tiga bagian yaitu bagian kepala, dan ekor. Kepala sperma mengandung nukleus. Bagian ujung kepala atau pada bagian anterior kepala spermatozoa terdapat akrosom, suatu struktur yang berbentuk topi yang menutupi dua per tiga bagian anterior kepala dan mengandung beberapa enzim hidrolitik. Ekor dibedakan atas 3 bagian yaitu bagian tengah (midpiece), bagian utama (principle piece), bagian ujung (endpiece).















DAFTAR PUSTAKA


     Embriologi, Staf Pengajar. 2013. Penuntun Praktikum Embriologi. Aceh: UNSYIAH.
     Faisal. 2012. Makalah Sel Sperma. Jakarta: http://faisalnento.blogspot.com.
     Setyadi, Aditya D. 2006. Organ Reproduksi dan Kualitas Sperma Mencit (Mus musculus)
        yang Mendapat tambahan Kemangi (Ocimum basilicum) Segar. Bogor: IPB.
     Susilowati, Suherni dan Hernawati, Tatik. 2011. Penambahan Protein Insulin Like Growth
          Factor-I Complex
dalam Pengenceran Pembekuan Semen Terhadap Kualitas Spermatozoa kambing Pada Waktu Ekuilibrasi. Surabaya: FKH UA.