SPERMATOZOA

1. DESRIWAN ANGGA PUTRA : 1202101010001
2. MAHMUDI : 1202101010009
3. RAUDHATUL JANNAH : 1202101010007
4. FAUZIAH : 1202101010003
5. WAHDINI RIZKY : 1202101010004
6. AUDI MALDINI : 1202101010143
7. MUHAMMAD AMIN : 1202101010005
8. MELLA RISKY PRIMA : 1202101010119
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Spermatozoid
atau sel sperma atau spermatozoa
(berasal dari bahasa Yunani Kuno yang berarti benih dan makhluk hidup) adalah
sel dari sistem reproduksi jantan/ sel gamet dari laki-laki. Sel ini mempunyai
ukuran panjang keseluruhan 50-60 mikrometer, dimana terdiri tiga bagian yaitu
bagian kepala, bagian tengah (leher) dan ekor. Dimensi kepala dengan panjang 4
- 5 mikrometer, lebar 2.5 - 3.5 mikrometer, dengan rasio antara panjang dan
lebar yaitu 1.50 - 1.75.
Sel
sperma akan membentuk zigot. Zigot adalah sebuah sel dengan kromosom lengkap
yang akan berkembang menjadi embrio. Peran aktif spermatozoon adalah sebagai gamet jantan sehingga penting pada
keberhasilan munculnya individu baru.
Spermatozoa
atau sperma dihasilkan oleh testis, sedangkan cairan seminal diproduksi oleh
kelenjar asessoris di sepanjang saluran reproduksi jantan, yaitu kelenjar vesikula seminalis, kelenjar prostat, dan kelenjar bulbo urethralis/ Cowper’s ( Faisal, 2012).
Kira-kira satu abat yang lalu Gregor Mandel telah
merumuskan aturan-aturan untuk menerangkan pewarisan sifat-sifat biologis.
Sifat-sifat organisme yang dapat diwariskan diatur oleh suatu faktor yang
disebut gen, yaitu suatu partikel yang berada di suatu di dalam sel tepatnya di
dalam kromosom.
Gen menjadi dasar dalam pengembangan penelitian
genetika meliputi pemetaan gen, menganalisis posisi gen pada kromosom. Hasil
penelitian telah berkembang baik diketahuinya DNA sebagai material genetik
beserta strukturnya, kode-kode genetik serta proses transkripsi dan translasi dapat
dijabarkan.
Suatu penelitian yang merupakan revolusi dalam
Biologi medern adalah setelah munculnya metode teknologi DNA rekombinasi atau
rekayasa genetika yang inti prosesnya adalah kloning gen yaitu suatu prosedur
untuk memperoleh replika yang dapat sama dari sel atau organisme tunggal ( mizawarti,
S.Si ,2003)
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui/ mengenal bentuk
spermatozoa.
BAB II
METODOLOGI
PERCOBAAN
2.1
Alat dan Bahan
2.1.1 Alat :
v Mikroskop
v Cawan
petri
v Objek
glass
v Alat
bedah
2.1.2 Bahan :
v Testis
tikus
v Testis
sapi
2.2
Cara kerja :
1.
ambillah cairan yang mengandung spermatozoa yang berasal dari testis,
epididymis atau vas deferen tikus dan sapi.
2.
jika cairan itu pekat larut kan dengan NaCl fisiologis, kemudian teteskan
cairan pada objek glass yang bersih. Dengan objek glass yang lain dioleskan
setipis mungkin dan fiksasi dengan melewatkannya diatas api.
3.
warnai dengan giemsa atau eosin, selama 3- 5 menit. Cuci dengan air mengalir.
Selanjutnya keringkan kembali, periksalah dibawah mikroskop.
BAB
III
PEMBAHASAN
3.1 Hasil Pengamatan
spermatozoa sapi
spermatozoa tikus
3.2
Karakteristik Spermatozoa
Semen terdiri atas dua komponen, yaitu plasma semen
dan spermatozoa. Plasma semen adalah cairan yang berfungsi sebagai medium bagi
spermatozoa, diproduksi oleh kelenjar–kelenjar tambahan yaitu kelenjar bulbourethralis
(kelenjar cowper), kelenjar prostat dan kelenjar vesikularis.
Spermatozoa adalah sel kelamin (gamet) yang diproduksi di dalam testis melalui
proses spermatogenesis, yang bersama–sama dengan plasma semen akan dikeluarkan
melalui saluran kelamin jantan untuk membuahi sel telur.
Spermatozoa adalah sel kelamin yang memegang peranan
penting dalam proses pembuahan. Cikal bakal spermatozoa sudah ada sejak embrio
berupa sel–sel gonosit yang sudah aktif mengadakan pembelahan, sehingga
menghasilkan spermatogonia.
Dijelaskan lebih
lanjut bahwa pada masa pubertas, spermatogonia akan berproliferasi dan
berdiferensiasi menjadi Spermatosit I yang kemudian memasuki fase miosis,
sehingga membentuk spermatid yang mempunyai jumlah kromosom separuh dari jumlah
kromosom sel sebelum miosis (haploid).
Spermatid kemudian akan mengalami proses perubahan
bentuk melalui tahap–tahap yang panjang yang disebut dengan proses
spermiogenesis dan pada akhir spermiogenesis ini akan dihasilkan spermatozoa
yang mempunyai struktur spesifik sesuai dengan fungsinya untuk membuahi sel
telur. Spermatozoa terdiri atas bagian kepala, leher dan ekor spermatozoa.
3.3 Bagian Kepala Spermatozoa
Soeharso (1985) melaporkan bahwa kepala spermatozoa
berasal dari kondensasi nukleus spermatid. Kondensasi tersebut meliputi
perubahan-perubahan kromatid menjadi lebih ringkas, pemantapan membran luar
menjadi kuat dan pembentukan tudung depan (akrosom). Akrosom merupakan suatu
kantung kecil yang mengandung enzim–enzim yang sangat penting untuk menembus
dinding sel telur pada saat pembuahan. Enzim hialuronidase berfungsi
membuka dinding luar telur. Bagian leher spermatozoa merupakan bagian yang
menghubungkan kepala dan ekor.
3.4 Bagian Ekor Spermatozoa
Soeharso (1985) melaporkan bahwa bagian ekor spermatozoa
terdiri dari dua bagian ujung (end piece). Pada bagian pangkal (middle
piece) terdapat mitokondria yang telah memanjang dengan susunan teratur
membentuk spiral yang berfungsi dalam kegiatan metabolisme spermatozoa dalam
menghasilkan energi berupa ATP (Adenosin Tri Phosphate) melalui proses
respirasi.
Gadjahnata (1989) menyatakan bahwa bagian ujung (end
piece) berfungsi sebagai alat mekanik untuk pergerakan spermatozoa.
3.5 Penilaian Kualitas Spermatozoa
Penilaian kualitas spermatozoa meliputi konsentrasi,
motilitas, viabilitas, abnormalitas dan gerakan massa spermatozoa. Menurut
Toelihere (1985), penentuan kualitas pada motilitas spermatozoa dilakukan
berdasarkan pemberian nilai 0-5. Nilai 0 diberikan bila spermatozoa imotil atau
tidak bergerak; Nilai 1 bila gerakan berputar di tempat; Nilai 2 bila gerakan
spermatozoa berayun atau melingkar (kurang dari 50% bergerak progresif dan
tidak ada gelombang); Nilai 3 bila spermatozoa bergerak progresif dan
menghasilkan gerakan massa (50-80%), Nilai 4 bila gerakan progresif, gesit dan
segera membentuk gelombang dengan 90% sperma motil, Nilai 5 bila gerakan
spermatozoa terjadi sangat progresif, gelombang sangat cepat dan spermatozoa
menunjukkan 100% motil aktif. Perhitungan motilitas dapat juga dilakukan dengan
menaksir spermatozoa yang bergerak progresif (maju) dari keseluruhan lapangan pandang yaitu dengan
cara mengalikan daerah taksir dengan 100%.
Perhitungan persentase daya hidup (viabilitas) dan
abnormalitas spermatozoa menggunakan preparat ulas berdasarkan perbedaan
afinitas zat warna antara sel-sel sperma yang mati dan hidup. Jumlah sperma
yang hidup dihitung secara objektif. Abnormalitas spermatozoa meliputi kelainan
pada kepala, badan dan ekor spermatozoa.
Partodiharjo (1980) menambahkan bahwa abnormalitas
spermatozoa dibedakan antara bentuk abnormalitas primer dan sekunder. Bentuk
abnormalitas primer berasal dari gangguan pada testis dan abnormalitas sekunder
berasal dari kesalahan perlakuan setelah semen dikeluarkan
dari
testis (karena goncangan yang keras, dikeringkan terlalu cepat, dipanaskan terlalu
tinggi, kesalahan dalam membuat preparat ulas). Abnormalitas spermatozoa primer
meliputi kepala kecil, besar, miring, bulat, kepala dua, ekor dua, akrosom salah
bentuk, leher besar, sedangkan abnormalitas sekunder meliputi leher patah, leher
ekor kusut, ekor patah, ekor bergulung dan kepala terpisah dari leher.
3.6
Metabolisme Spermatozoa
Dua prinsip metabolisme spermatozoa adalah
glikolisis dan respirasi (Salisbury dan Van Demark, 1985). Energi untuk
motilitas spermatozoa berasal dari perombakan Adenosin Tri Phosphat (ATP)
di dalam selubung mitokondria melalui reaksi-reaksi pengurainya menjadi Adenosin
Di Phosphat (ADP) dan Adenosin Mono Phosphat (AMP) seperti Gambar 1
yang disajikan dibawah ini.
|
Dalam keadaan normal, energi yang dilepaskan dapat
dipakai sebagai energi mekanik (pergerakan) dan energi kimiawi (biosintesis).
Jika tidak dipakai maka energi tersebut dilepas sebagai panas dan apabila
pemberian energi berupa senyawa fosfor dalam ATP dan ADP habis, maka kontraksi
fibril-fibril spermatozoa akan terhenti dan spermatozoa tidak bergerak. Untuk
melangsungkan pergerakan spermatozoa, ATP dan ADP harus dibangun kembali dan
untuk membangun kembali ATP dari ADP atau ADP dari AMP dengan penambahan gugus phosphoryl
diperlukan sumber energi dari luar. Dalam kebanyakan aktivitas fisiologis
sumber
energi
tersebut dapat dipenuhi oleh hidrat arang atau lemak.
Terdapat empat macam zat yang dapat digunakan
langsung maupun tidak langsung oleh spermatozoa sebagai sumber energi. Zat-zat
tersebut adalah fruktosa, sorbitol, Glicerylphosphorylcholine (GPC) dan
plasmalogen.
3.7 Pewarnaan Diferensial
Hafez (1987) menyatakan bahwa perbedaan afinitas zat
warna antara sel-sel sperma yang mati dan hidup digunakan untuk menghitung
jumlah sperma hidup secara objektif, yang dilakukan pada saat semen segar
dicampurkan dengan zat warna (larutan eosin 2%). Sel-sel sperma yang hidup
tidak atau sedikit sekali menghisap warna, sedangkan sel yang mati akan
mengambil warna karena permeabilitas dindingnya meningkat. Dijelaskan lebih
lanjut bahwa tujuan pewarnaan diferensial adalah untuk mengetahui persentase
sel-sel sperma yang mati
dan
hidup.
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Spermatozoa
adalah sel gamet dari laki-laki. Sel ini mempunyai ukuran panjang keseluruhan
50-60 mikrometer, dimana terdiri tiga bagian yaitu bagian kepala, dan ekor.
Kepala sperma mengandung nukleus. Bagian ujung kepala atau pada bagian anterior
kepala spermatozoa terdapat akrosom, suatu struktur yang berbentuk topi yang
menutupi dua per tiga bagian anterior kepala dan mengandung beberapa enzim
hidrolitik. Ekor dibedakan atas 3 bagian yaitu bagian tengah (midpiece),
bagian utama (principle
piece), bagian ujung (endpiece).
DAFTAR PUSTAKA
Embriologi, Staf Pengajar.
2013. Penuntun Praktikum Embriologi. Aceh: UNSYIAH.
Faisal. 2012. Makalah Sel Sperma. Jakarta: http://faisalnento.blogspot.com.
Faisal. 2012. Makalah Sel Sperma. Jakarta: http://faisalnento.blogspot.com.
Setyadi,
Aditya D. 2006. Organ Reproduksi dan Kualitas Sperma Mencit (Mus musculus)
yang Mendapat tambahan Kemangi (Ocimum basilicum) Segar. Bogor: IPB.
yang Mendapat tambahan Kemangi (Ocimum basilicum) Segar. Bogor: IPB.
Susilowati, Suherni dan Hernawati, Tatik. 2011. Penambahan Protein Insulin Like Growth
Factor-I Complex dalam Pengenceran Pembekuan Semen Terhadap Kualitas Spermatozoa kambing Pada Waktu Ekuilibrasi. Surabaya: FKH UA.
Factor-I Complex dalam Pengenceran Pembekuan Semen Terhadap Kualitas Spermatozoa kambing Pada Waktu Ekuilibrasi. Surabaya: FKH UA.
No comments:
Post a Comment