FOETUS

1. DESRIWAN ANGGA PUTRA : 1202101010001
2. MAHMUDI : 1202101010009
3. RAUDHATUL JANNAH : 1202101010007
4. FAUZIAH : 1202101010003
5. WAHDINI RIZKY : 1202101010004
6. AUDI MALDINI : 1202101010143
7. MUHAMMAD AMIN : 1202101010005
8. MELLA RISKY PRIMA : 1202101010119

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM
2013
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Reproduksi merupakan suatu bagian penting dalam
memajukan usaha peternakan. Reproduksi ternak adalah suatu sistem tubuh ternak
yang secara fisiologik tidak vital bagi kehidupan invidual tetapi sangat
penting bagi kelanjutan keturunan suatu jenis atau bangsa ternak. Mengetahui
mekanisme reproduksi dan cara pengaturannya merupakan hal yang penting untuk
meningkatkan produksi peternakan. Kelayakan dari seekor ternak dalam hal ini
ternak betina dalam suatu usaha peternakan dapat dilihat dari kemampuannya
menghasilkan anak yang hidup dan sehat.
Kemampuan ini sangat tergantung pada
keseimbangan dan interaksi beberapa faktor selama periode kebuntingan, baik
yang berasal dari induk maupun dari embrio yang dikandung. Kebuntingan dimulai
sejak bersatunya sel kelamin jantan (spermatozoa) dan sel kelamin betina
(ovum) menjadi sel baru yang dikenal dengan istilah zigot.
Secara garis besar, perkembangan janin pada
seekor sapi betina melalui tiga tahap yaitu periode ovum, embrio, fetus sampai
partus atau kelahiran. Periodeovum merupakan periode yang dimulai dari
fertilisasi sampai terjadinya implantasi. Setelah fertilisasi ovum akan
mengalami pembelahan (di ampulla isthmus junction) menjadi morulla.
Pada sapi masuknya morula ke dalam uterusterjadi
pada hari ke 3-4 setelah fertilisasi. Periode embrio atau organogenesis
merupakan suatu periode ketika sel-sel berada dalam proses pembentukan
organ-organ spesifik dalam tubuh embrio, periode dimulainya implantasi sampai
saat dimulainya pembentukan organ tubuh bagian dalam. Pada sapi berkisar hari
ke12-45. Sedangkan periode fetus dimulai dari terbentuknya alat-alat tubuh
bagian dalam, terbentuknya ekstremitas, hingga lahir, pada sapi terjadi
pada hari ke 45.Embrio dan fetus berkembang mengikuti suatu pola tertentu.
Pada awalnya, jumlah sel
meningkat diikuti oleh diferensiasi dan perkembangan berbagai sistem organ.
Walaupun demikian, pola perkembangan tersebut dapatdipengaruhi oleh
sejumlah faktor seperti potensi genetika dari tetua, status
nutrisi induk, temperatur lingkungan, ukuran induk, jumlah anak per kelahiran
sertalingkungan uterus.
B. Tujuan
Tujuan dari penyusunan Laporan ini adalah untuk
memenuhi tugas praktikum embriologi dan
untuk mengetahui perkembangan kebuntingan pada fase fetus sampai partus pada
sapi betina.Manfaat yang dapat diambil dari makalah ini dapat menjadi salah
satu sumber bacaan mengenai perkembangan kebuntingan pada sapi khususnya pada
fase fetus sampai partus.
BAB
II
Tinjauan
Pustaka
Periode ini di mulai dari terbentuknya alat-alat
tubuh bagian dalam,terbentuknya ekstremitas, hingga lahir. Pada sapi periode
ini terjadi pada hari ke45 dan selama periode ini terjadi perubahan dan
diferensiasi organ, jaringan, dansistem tubuh (Toelihere, 1979).
Karbohidrat merupakan kandungan zat makanan
utama dalam makananfetus. Sekitar setengah dari kalori berasal dari glukosa,
seperempat dari asamlaktat dan seperempat lagi dari asam-asam amino. Di samping
itu, terdapat jugazat atau senyawa penting yang di perlukan untuk pertumbuhan
dan prosesdiferensiasi yang ditransfer selektif dari induk dengan transpor
aktif yangmelindungi fetus atas beban induknya. Senyawa tersebut adalah asam
aminoesensial, asam lemak esensial, vitamin, dan mineral (Chaniago, D.T., dkk.
1991).
Perubahan ukuran tubuh sel telur yang telah di
buahi dalamperkembangannya menjadi embrio, fetus, dan anak sampai dewasa adalah
dalamhal jumlah dan ukuran sel. Setiap individu fetus di mulai dengan sel
tunggal padawaktu pembuahan dan membelah sebanyak 42 kali sampai lahir dan 5
kali lagidari lahir sampai dewasa. Secara umum, kekurangan nutrisi pada
induk mengurangi ukuran sel tapi tidak jumlahnya. Terdapat kolerasi yang
kuat antaraukuran plasenta dan ukuran fetus, walaupun hubungan sebab akibat ini
belum jelas (Chaniago, D.T., dkk. 1991).
Selama kehidupan fetus,
plasenta merupakan organ yang melaksanakan pertukaran gas dan pengeluarann hasil buangan (contoh
paru-paru dan ginjal).
.Menjelang seperempat pertama masa kebuntingan,
organ endokrin telahberfungsi dan setelah itu fetus menghasilkan sendiri semua
hormonnya. Untuk semua spesies yang berbeda,waktunya berbeda, tetapi pada
semua ternak fungsiendokrin fetus terjadi cukup mengherankan yaitu sangat dini.
Kelenjar endokrinfetus menghasilkan hormon yang sama seperti pada ternak
dewasa, tetapi dengantambahan bahwa ada beberapa hormon yang sama seperti pada
ternak dewasa,tetapi dengan tambahan bahwa ada beberapa hormo di hasilkan
bersama oleh fetus dan
plasenta (unit feto sampai plasenta). Demikian pula, pada peride
pentingtertentu, sistem endokrin fetus mempunyai fungsi khusus yang tidak
terdapat yangdewasa seperti yang terlibat dalam penentuan kenis kelamin,
persiapanmelahirkan dan memulai kelahiran (Chaniago, D.T., dkk. 1991)
BAB III
METODOLOGI
A. Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat dari
praktikum ini yaitu :
Hari/Tanggal : Kamis,17 Mei 2013
Waktu
: 14:30 WIB - selesai
Tempat
: Laboratorium Histology jurusan
kedokteran Hewan UNSYIAH
B.
Alat dan Bahan
1.Alat
Adapun alat yang digunakan pada saat
praktikum adalah :
ü Pinset Anatomi
ü Handscone
ü Tali
ü Alat Ukur/Rol
ü Baki aluminium
2.Bahan
ü Fetus Sapi yang sudah di Beri
Formalin
C.Metode Kerja
Ada pun Metode kerja saat Praktikum
ini adalah :
Ada 2 cara Mengukur Panjang Fetus:
ü Curved Crown-Rump(CC-R)
Pengukuran dilakukan dengan cara mengukur panjang saluran
tubuh fetus di mulai dari pangkal ekor membentuk garis curva sampai
“Forehead”.Cara ini tidak lazim di pakai.
ü Straight Cwown-Rump(SC-R)
Pengukuran dilakukan dengan cara mengukur panjang tubuh
Foetus mulai dari pangkal ekor membentuk garis lurus sampai “Forehead”.Cara ini
yang sering digunakan.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A.Hasil
ü Curved Crown-Rump(CC-R)


ü Straight Crown-Rump(SC-R)

Tabel Pengukuran Panjang Fetus Sapi
|
Umur
(bulan)
|
Berat
(gr)
|
Panjang
(cm)
|
Panjang
|
Ratio
|
Panjang
|
Ratio
|
||
Kepala (cm)
|
Tubuh
(cm)
|
Kaki depan (cm)
|
Kaki belakang
(cm)
|
||||||
CCR
|
7bulan
|
9000-13000
|
64
cm
|
15
cm
|
49
cm
|
15:49
|
28
cm
|
29
cm
|
28:29
|
SCR
|
6bulan
|
5000-8000
|
42
cm
|
14
cm
|
31
cm
|
14:31
|
19
cm
|
20
cm
|
19:20
|
B. Pembahasan
Semakin bertambahnya usia kehamilan, makin bertambah
pula berat foetus. Peningkatan yang drastis terjadi pada masa kehamilan 8-9
bulan. Pertumbuhan pada masa prenatal dipengaruhi oleh faktor-faktor, yaitu :
hereditas, ukuran, induk, nutrisi, lama kebuntingan, dan jumlah anak per
“litter.”
Posisi foetus dalam kornua uteri juga dipengaruhi oleh
komposisi antar sesama litter, perkembangan embrio dan endometrium sebelum
implantasi, ukuran plasenta, dan suhu udara luar. Ukuran foetus secara genetik
dipengaruhi oleh komponen gen itu sendiri, komponen gen induk, dan komposisi
intra uteri dengan foetus lain. Kontribusi genetik material dalam variabilitas
ukuran foetus jauh lebih besar daripada kontribusi prenatal. Pada kenyataannya
telah diperkirakan bahwa 50%-75% variabilitasnya dalam berat lahir ditentukan
oleh faktor-faktor maternal.
Dari hasil pengamatan didapatkan panjang foetus 64 cm dengan
tekhnik CC-R dan 42 cm dengan tekhnik SC-R. Panjang yang
diperoleh ini dapat menunjukkan berat dan umur dari foetus tersebut, sebagai
berikut :
Kebuntingan
|
Berat
foetus
|
C-R
Legth
|
Keterangan
|
30
|
0,3
|
-
|
Embryogenesis
hampir lengkap
|
60
|
8-15
|
-
|
Foutes
sebesar Mouse
|
90
|
100-200
|
-
|
Foetus
sebesar rat
|
120
|
500-800
|
-
|
sebesar
kucing muda
|
150
|
2000-3000
|
-
|
Foetus
sebesar kucing
|
180
|
5000-8000
|
-
|
Sebesar
anjing muda,rambut tumbuh di kelilingi lekuk tanduk,ekor,mata dan komposisi
oto sudah jelas
|
210
|
9000-13000
|
-
|
Rambut
tumbuh lebat pada tubuh dan anggota gerak
|
240
|
15000-30000
|
-
|
Rambut
diseluruh sudah mulai lengkap,gigi incisor
|
270
|
25000-50000
|
-
|
Gigi
incisor mengalami erupsi
|
BAB V
Kesimpulan
- foetus yang digunakan dalam praktikum, jika
dilihat dari panjangnya (disesuaikan dengan tabel), maka foetus sapi secara SCR
tersebut berumur 6
bulan dan beratnya 5000-8000gr
- kontribusi maternal dalam variabilitas ukuran
foetus jauh lebih besar daripada kontribusi paternal
- posisi foetus dalam cornua uteri dipengaruhi oleh
perkembangan embrio dan endometrium sebelum implantasi, ukuran plasenta,
dan suhu udara luar.
DAFTAR PUSTAKA
Akoso, B.T. 1996. Kesehatan Sapi. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Chaniago, D.T., dkk. 1991.
Reproduksi, Tingkah Laku, dan Produksi Ternak di Indonesia. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi
dan InternationalDevelopment Program of Australian Universitas and Colleges.
PT.Gramedia Pustaka. Jakarta.
Feradis. 2010. Reproduksi
Ternaa. Alfabeta. Bandung.
Frandson, R. D. 1992. Anatomi
dan Fisiologi Ternak. Gadjah Mada UniversityPress. Yogyakarta.Naufal, M. N. N. 2012.
Perkembangan Embrio Sampai Partus.
http://diary-veteriner.blogspot.com/2012/02/perkembangan-embrio-sampai-partus.html.
Diakses pada Tanggal 20 Mei 2013.
Sukra, Yuhara. 2000. Wawasan
ilmu Pengetahuan Embrio : Benih Masa Depan.Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan Nasional.Institut pertanian Bogor. Bogor.
Toelihere, M.R. 1985. Ilmu
Kebidanan pada Ternak Sapi dan Kerbau.Universitas Indonesia. Jakarta.
Toelihere,M.R. 1979. Fisiologi
Reproduksi Pada Ternak. Angkasa. Bandung.
No comments:
Post a Comment