Thursday, 23 May 2013

foetus


FOETUS


LAPORAN PRAKTIKUM EMBRIOLOGI
1.      DESRIWAN ANGGA PUTRA           : 1202101010001
2.      MAHMUDI                                    : 1202101010009
3.      RAUDHATUL JANNAH                   : 1202101010007
4.      FAUZIAH                                        : 1202101010003
5.      WAHDINI RIZKY                             : 1202101010004
6.      AUDI MALDINI                              : 1202101010143
7.      MUHAMMAD AMIN                     : 1202101010005
8.      MELLA RISKY PRIMA                     : 1202101010119



FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM
2013

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Reproduksi merupakan suatu bagian penting dalam memajukan usaha peternakan. Reproduksi ternak adalah suatu sistem tubuh ternak yang secara fisiologik tidak vital bagi kehidupan invidual tetapi sangat penting bagi kelanjutan keturunan suatu jenis atau bangsa ternak. Mengetahui mekanisme reproduksi dan cara pengaturannya merupakan hal yang penting untuk meningkatkan produksi peternakan. Kelayakan dari seekor ternak dalam hal ini ternak betina dalam suatu usaha peternakan dapat dilihat dari kemampuannya menghasilkan anak yang hidup dan sehat.
Kemampuan ini sangat tergantung pada keseimbangan dan interaksi beberapa faktor selama periode kebuntingan, baik yang berasal dari induk maupun dari embrio yang dikandung. Kebuntingan dimulai sejak bersatunya sel kelamin jantan (spermatozoa) dan sel kelamin betina (ovum) menjadi sel baru yang dikenal dengan istilah zigot.
Secara garis besar, perkembangan janin pada seekor sapi betina melalui tiga tahap yaitu periode ovum, embrio, fetus sampai partus atau kelahiran. Periodeovum merupakan periode yang dimulai dari fertilisasi sampai terjadinya implantasi. Setelah fertilisasi ovum akan mengalami pembelahan (di ampulla isthmus junction) menjadi morulla.
Pada sapi masuknya morula ke dalam uterusterjadi pada hari ke 3-4 setelah fertilisasi. Periode embrio atau organogenesis merupakan suatu periode ketika sel-sel berada dalam proses pembentukan organ-organ spesifik dalam tubuh embrio, periode dimulainya implantasi sampai saat dimulainya pembentukan organ tubuh bagian dalam. Pada sapi berkisar hari ke12-45. Sedangkan periode fetus dimulai dari terbentuknya alat-alat tubuh bagian dalam, terbentuknya ekstremitas, hingga lahir, pada sapi terjadi pada hari ke 45.Embrio dan fetus berkembang mengikuti suatu pola tertentu.
Pada awalnya, jumlah sel meningkat diikuti oleh diferensiasi dan perkembangan berbagai sistem organ. Walaupun demikian, pola perkembangan tersebut dapatdipengaruhi oleh sejumlah faktor seperti potensi genetika dari tetua, status nutrisi induk, temperatur lingkungan, ukuran induk, jumlah anak per kelahiran sertalingkungan uterus.


B. Tujuan
Tujuan dari penyusunan Laporan ini adalah untuk memenuhi tugas praktikum embriologi dan untuk mengetahui perkembangan kebuntingan pada fase fetus sampai partus pada sapi betina.Manfaat yang dapat diambil dari makalah ini dapat menjadi salah satu sumber bacaan mengenai perkembangan kebuntingan pada sapi khususnya pada fase fetus sampai partus.















BAB II
Tinjauan Pustaka

Periode ini di mulai dari terbentuknya alat-alat tubuh bagian dalam,terbentuknya ekstremitas, hingga lahir. Pada sapi periode ini terjadi pada hari ke45 dan selama periode ini terjadi perubahan dan diferensiasi organ, jaringan, dansistem tubuh (Toelihere, 1979).
Karbohidrat merupakan kandungan zat makanan utama dalam makananfetus. Sekitar setengah dari kalori berasal dari glukosa, seperempat dari asamlaktat dan seperempat lagi dari asam-asam amino. Di samping itu, terdapat jugazat atau senyawa penting yang di perlukan untuk pertumbuhan dan prosesdiferensiasi yang ditransfer selektif dari induk dengan transpor aktif yangmelindungi fetus atas beban induknya. Senyawa tersebut adalah asam aminoesensial, asam lemak esensial, vitamin, dan mineral (Chaniago, D.T., dkk. 1991).
Perubahan ukuran tubuh sel telur yang telah di buahi dalamperkembangannya menjadi embrio, fetus, dan anak sampai dewasa adalah dalamhal jumlah dan ukuran sel. Setiap individu fetus di mulai dengan sel tunggal padawaktu pembuahan dan membelah sebanyak 42 kali sampai lahir dan 5 kali lagidari lahir sampai dewasa. Secara umum, kekurangan nutrisi pada induk mengurangi ukuran sel tapi tidak jumlahnya. Terdapat kolerasi yang kuat antaraukuran plasenta dan ukuran fetus, walaupun hubungan sebab akibat ini belum jelas (Chaniago, D.T., dkk. 1991).
Selama kehidupan fetus, plasenta merupakan organ yang melaksanakan pertukaran gas dan pengeluarann hasil buangan (contoh paru-paru dan ginjal).
.Menjelang seperempat pertama masa kebuntingan, organ endokrin telahberfungsi dan setelah itu fetus menghasilkan sendiri semua hormonnya. Untuk semua spesies yang berbeda,waktunya berbeda, tetapi pada semua ternak fungsiendokrin fetus terjadi cukup mengherankan yaitu sangat dini. Kelenjar endokrinfetus menghasilkan hormon yang sama seperti pada ternak dewasa, tetapi dengantambahan bahwa ada beberapa hormon yang sama seperti pada ternak dewasa,tetapi dengan tambahan bahwa ada beberapa hormo di hasilkan bersama oleh fetus dan plasenta (unit feto sampai plasenta). Demikian pula, pada peride pentingtertentu, sistem endokrin fetus mempunyai fungsi khusus yang tidak terdapat yangdewasa seperti yang terlibat dalam penentuan kenis kelamin, persiapanmelahirkan dan memulai kelahiran (Chaniago, D.T., dkk. 1991)





















BAB III
METODOLOGI

A.      Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat dari praktikum ini yaitu :
Hari/Tanggal  : Kamis,17 Mei 2013
Waktu            : 14:30 WIB - selesai
Tempat            : Laboratorium Histology jurusan kedokteran Hewan UNSYIAH
B.       Alat dan Bahan
                   1.Alat
       Adapun alat yang digunakan pada saat praktikum adalah :
ü  Pinset Anatomi
ü  Handscone
ü  Tali
ü  Alat Ukur/Rol
ü  Baki aluminium

2.Bahan
ü  Fetus Sapi yang sudah di Beri Formalin

C.Metode Kerja
Ada pun Metode kerja saat Praktikum ini adalah :
Ada 2 cara Mengukur Panjang Fetus:
ü  Curved Crown-Rump(CC-R)
Pengukuran dilakukan dengan cara mengukur panjang saluran tubuh fetus di mulai dari pangkal ekor membentuk garis curva sampai “Forehead”.Cara ini tidak lazim di pakai.

ü  Straight Cwown-Rump(SC-R)
Pengukuran dilakukan dengan cara mengukur panjang tubuh Foetus mulai dari pangkal ekor membentuk garis lurus sampai “Forehead”.Cara ini yang sering digunakan.



BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


A.Hasil

ü  Curved Crown-Rump(CC-R)










ü  Straight Crown-Rump(SC-R)







Tabel Pengukuran Panjang Fetus Sapi




Umur
(bulan)


Berat
(gr)


Panjang
(cm)
       Panjang


Ratio
Panjang


Ratio
Kepala (cm)
Tubuh
(cm)
Kaki depan (cm)
Kaki belakang
(cm)

CCR
7bulan
9000-13000
64 cm
15 cm
49 cm
15:49
28 cm
29 cm
28:29
SCR
6bulan
5000-8000
42 cm
14 cm
31 cm
14:31
19 cm
20 cm
19:20








B.  Pembahasan
           
Semakin bertambahnya usia kehamilan, makin bertambah pula berat foetus. Peningkatan yang drastis terjadi pada masa kehamilan 8-9 bulan. Pertumbuhan pada masa prenatal dipengaruhi oleh faktor-faktor, yaitu : hereditas, ukuran, induk, nutrisi, lama kebuntingan, dan jumlah anak per “litter.”
Posisi foetus dalam kornua uteri juga dipengaruhi oleh komposisi antar sesama litter, perkembangan embrio dan endometrium sebelum implantasi, ukuran plasenta, dan suhu udara luar. Ukuran foetus secara genetik dipengaruhi oleh komponen gen itu sendiri, komponen gen induk, dan komposisi intra uteri dengan foetus lain. Kontribusi genetik material dalam variabilitas ukuran foetus jauh lebih besar daripada kontribusi prenatal. Pada kenyataannya telah diperkirakan bahwa 50%-75% variabilitasnya dalam berat lahir ditentukan oleh faktor-faktor maternal.
Dari hasil pengamatan didapatkan panjang foetus 64 cm dengan tekhnik CC-R dan 42 cm dengan tekhnik SC-R. Panjang yang diperoleh ini dapat menunjukkan berat dan umur dari foetus tersebut, sebagai berikut :





Kebuntingan
Berat foetus
C-R
Legth
Keterangan
30
0,3
-
Embryogenesis hampir lengkap
60
8-15
-
Foutes sebesar Mouse
90
100-200
-
Foetus sebesar rat
120
500-800
-
sebesar kucing muda
150
2000-3000
-
Foetus sebesar kucing
180
5000-8000
-
Sebesar anjing muda,rambut tumbuh di kelilingi lekuk tanduk,ekor,mata dan komposisi oto sudah jelas
210
9000-13000
-
Rambut tumbuh lebat pada tubuh dan anggota gerak
240
15000-30000
-
Rambut diseluruh sudah mulai lengkap,gigi incisor
270
25000-50000
-
Gigi incisor mengalami erupsi
















BAB V


Kesimpulan
  • foetus yang digunakan dalam praktikum, jika dilihat dari panjangnya (disesuaikan dengan tabel), maka foetus sapi secara SCR tersebut berumur 6 bulan dan beratnya 5000-8000gr
  • kontribusi maternal dalam variabilitas ukuran foetus jauh lebih besar daripada kontribusi paternal
  • posisi foetus dalam cornua uteri dipengaruhi oleh perkembangan embrio dan endometrium sebelum implantasi, ukuran plasenta, dan suhu udara luar.


























DAFTAR PUSTAKA
Akoso, B.T. 1996. Kesehatan Sapi. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Chaniago, D.T., dkk. 1991. Reproduksi, Tingkah Laku, dan Produksi Ternak di Indonesia.          Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi dan InternationalDevelopment Program of Australian Universitas and Colleges. PT.Gramedia Pustaka. Jakarta.
Feradis. 2010. Reproduksi Ternaa. Alfabeta. Bandung.
Frandson, R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gadjah Mada UniversityPress. Yogyakarta.Naufal, M. N. N. 2012. Perkembangan Embrio Sampai Partus. http://diary-veteriner.blogspot.com/2012/02/perkembangan-embrio-sampai-partus.html. Diakses pada Tanggal 20 Mei 2013.
Sukra, Yuhara. 2000. Wawasan ilmu Pengetahuan Embrio : Benih Masa Depan.Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.Institut pertanian Bogor. Bogor.
Toelihere, M.R. 1985. Ilmu Kebidanan pada Ternak Sapi dan Kerbau.Universitas Indonesia. Jakarta.
Toelihere,M.R. 1979. Fisiologi Reproduksi Pada Ternak. Angkasa. Bandung.

No comments:

Post a Comment